Pages

Sabtu, 15 September 2012

WAKATOBIKU

secara geografis Wakatobi memang terletak diantara dua
benua dan dua samudra, yakni Laut Banda (Samudra Pasifik) dan Laut Flores (Samudra Hindia).
Wakatobi yang dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Buton pun, memiliki paham kangkilo
yaitu bagaimana cara agar seseorang dapat mensucikan dirinya secara lahir dan batin. Paham
tersebut pulalah yang bisa mencirikan karakter dari negeri yang bermartabat dan berbudi mulia
seperti yang tergambarkan di Atlantis.
Dulu masyarakat mengenalnya sebagai Kepulauan Tukang Besi. Menurut sebuah
penelitian sejarah, istilah Wakatobi muncul sebagai hasil pertemuan yang diadakan sebagian pemuda - pemuda dari kawasan tersebut pada tahun 1900-an yang saat itu telah mulai
mengenyam pendidikan di Buton (Bau - Bau). Penamaan Wakatobi sendiri berasal dari suku
kata pertama di keempat pulau utamanya, yaitu WA untuk Wangi - wangi, KA untuk Kaledupa,TO untuk Tomia dan BI untuk Bingongko.

Walau kini masyarakat lebih familiar dengan nama Wakatobi, namun julukan Pulau
Tukang Besi pada masa silam bukanlah datang tanpa sebab. Wakatobi dahulu adalah kawasan yang berada di bawah pengaruh Kerajaan Buton pada abad 17. Masyarakatnya menjadi pemasok persenjataan yang handal untuk peperangan, seperti pisau dan parang. Hingga kinipun masih bisa dijumpai aktivitasnya jika  berkunjung ke Pulau Binongko, dimana sebagian besar
masyarakatnya berprofesi sebagai pandai besi.
Lain halnya dengan Pulau Kaledupa, yang mempunyai peran khusus ketika masih dalam masa pengaruh Kerajaan Buton. Kesultanannya memberikan kuasa kepada pulau tersebut dengan suatu gelar barata yang artinya adalah daerah perwakilan. Jika melihat aspek yang lebih\ luas lagi, pada abad 17 dan 18 kawasan Wakatobi berada juga di bawah pengaruh Kerajaan Gowa yang berkuasa di Sulawesi Selatan, serta Kerajaan Ternate. Sehingga tidak heran jika  Wakatobi kini sarat akan nilai - nilai budaya, hasil peninggalan para leluhurnya.  

Dengan letak astronomisnya yang berada di 123 20’ hingga 124⁰ 39’ Bujur Timur ( ± sepanjang 120 km) dan ⁰ 12’ hingga 6⁰ 10’ Lintang Selatan ( ± sepanjang 160 km), secara geografis menjadikan Wakatobi terletak di jalur pelayaran dunia yang menghubungkan jalur perdagangan rempah - rempah dari dan yang menuju Maluku. Sehingga sejarah pun mencatat bahwa masyarakat Wakatobi telah lama terlibat dalam perdagangan komoditas perkebunan dan komoditi lainnya lewat pelayaran yang mencakup Selat Malaka, Australia, Filifina, Malaysia dan daerah penting lainnya di Indonesia. Pada zaman penjajahan pun, Wakatobi tidak luput dari penguasaan. Di era kolonial Belanda, beberapa perahu yang berasal dari Wakatobi dipergunakan untuk kepentingan transportasi aspal dari Buton ke Pulau Jawa dan beberapa tempat lainnya di Indonesia. Sedikit berbeda pada zaman kependudukan Jepang, perahu - perahu tersebut beserta pelaut - pelaut ulungnya dipergunakan untuk mengangkut tentara - tentara Jepang ke berbagai pulau kecil di Sulawesi Tenggara. Awalnya secara administratif Wakatobi termasuk kedalam Kabupaten Buton, namun berdasarkan UU No.29 tahun 2003 Wakatobi pun menjadi kabupaten yang berdiri otonom. Pada Pilkada bulan Maret 2011 ini telah ditetapkan kembali Ir. Hugua sebagai Bupati Wakatobi periode 2011 hingga 2016, memperpanjang masa jabatan bupati yang sebelumnya telah disandang oleh beliau semenjak Kabupaten Wakatobi tersebut menjadi daerah otonom.

Rabu, 12 September 2012

profilku

Saya adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Lahir dari pasangan suami istri yang mempunyai kehidupan yang amat sederhana. Saya sendiri masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di kota pelajar yogyakarta. Saya juga masih mempunyai satu orang saudara laki2 dan satu saudari perempuan yang masih kuliah jg. Salah satu yang menjadi harapanku sekarang adalah ingin secepatnya selesai kuliah dan ingin bekerja guna membantu orang tua yang dari hari ke hari sudah semakin tua... saya sangat mencintai keluarga saya...
 

Your Message Please



Cari Blog Ini