Pages

Minggu, 24 Maret 2013

Tari Lariangi

Lariangi

Tari Lariangi merupakan bentuk tarian hiburan bagi masyarakat Kaledupa, tarian ini biasanya dimainkan oleh dua belas orang gadis remaja desa setempat. Setiap desa memiliki versi yang berbeda baik itu gerakan dan nyanyianya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan guru tari lariangi. Tarian ini sangat eksotik terutama kostumnya. Nama kostum tarian ini sama dengan nama tarian yaitu Lariangi. Lariangi terdiri dari dua suku kata. Lari dan Angi. Lari berarti menghias atau mengukir. Angi berarti orang-orang yang berhias dengan berbagai ornamen untuk menyampaikan informasi, dengan maksud untuk memberikan nasehat.
Dulunya, Lariangi dimainkan di istana raja yang berfungsi sebagai penasehat mengingat semua gerakan dan nyanyianya berisi nasehat serta masalah-masalah hidup. Karena itu, Lariangi diwujudkan dalam gerakan dan nyanyian. Mereka bernyanyi dengan menggunakan bahasa Kaledupa kuno. Saat ini, bahasa ini sudah tidak dipergunakan dalam percakapan sehari-hari.
Tari Lariangi merupakan tarian yang mengandung makna tersendiri, mulai dari pakaian serta gerakannya. Bentuk tarian yang berasal dari Kaledupa, pelantunnya sudah berumur 70 tahun-an. Generasi muda tidak ada lagi yang punya pengetahuan tentang itu, merevitalisasi keragaman budaya Wakatobi yang sudah terancam punah.
Pada bagian kepala disebut Panto dan Pintoru melambangkan derajat bangsawan,Hepupu / Konde melambangkan Kerajaan Buton, Bunga Konde melambangkan Pagar Beton Keraton, dan Toboy atas bawah kamba melambangkan prajurit - prajurit penjaga pasar benteng keraton.
Selain itu, ada yang namanya Hebindu atau Sanggi-sanggi yang melambangkan Fatimah (istri Nabi Muhammad SAW), kalung melambangkan matahari dan bulan, Naga melambangkan penjaga benteng keraton, Sekori dan Gelang bersusun melambangkan derajat bangsawan, Kombo tipis melambangkan gadis perawan atau wanita cantik yang sudah menikah, pelapis Kombo berwarna jingga melambangkan sore hari, Punto/Wuray Nibelo dasar hitam melambangkan malam hari, dan manik-manik putih melambangkan cahaya alam.
Sedangkan Laka/Sarung merah melambangkan Ratu Wa Kaa-Kaa karena saat dinobatkan menjadi Raja Buton pertama menggunakan sarung merah, Kipas Lariangi melambangkan kesejukan di dalam istana kerajaan, serta sapu tangan Lariangi melambangkan lap keringat Raja Buton.
Gerakan tari Lariangi, sebelum dan sesudah selalu diiringi dengan perkataan le..le..., maksudnya, tari Lariangi siap ditampilkan, begitu pun sebaliknya. Dia menyebutkan, tari Lariangi ini ditutup dengan Pajogi yang diapit dua orang laki-laki mengibing, setelah itu diisi dengan cendramata apa saja, lalu disimpan di atas talang penghormatan oleh para penari.







                

Tidak ada komentar:

 

Your Message Please



Cari Blog Ini